SEJARAH
Islam masuk ke negeri Tiongkok, menurut catatan sejarah yaitu pada akhir masa dinasti Sui atau menjelang berdirinya dinasti Tang (abad ke-7 M), pada awalnya dibawah oleh saudagar-saudagar arab yang datang di sekitar bandar kanton (Guang Dong), dan bandar Guanzhou (bahkan sampai sekarang masih ada keturunan Arab tinggal di kota ini dan banyak makam para ulama Islam Tionghoa keturunan Arab di kota tersebut).
Islam mengalami masa kegemilangan pada zaman dinasti Ming (1368-1644), pada masa sebelumnya, dinasti Yuan (1279-1368) orang-orang muslim banyak menduduki pos-pos penting di pemerintahan, seperti jabatan tinggi di berbagai jawatan kementerian serta sekretariat negara.
Dinasti Yuan dibangun oleh suku mongolia di Tiongkok. Orang mongolia memang mahir berperang namun tidak mengerti administrasi dan pengelolahan negara. Oleh karena bangsa Han yang ditaklukannya lebih maju peradabannya maka timbul keinginan untuk mengangkat keturunan muslim untuk menduduki jabatan negara karena faktor politik tidak memungkinkan mengangkat orang-orang Han pada waktu itu. Namun bukan berarti bahwa umat Islam waktu itu tidak mengalami tekanan.
Karena perbedaan latar belakang budaya yang besar sekali antara pemerintah Mongol dan kebanyakan muslim pada saat itu menyebabkan orang muslim juga diperlakukan tidak adil sehingga terdorong untuk mempelopori berdirinya dinasti Ming dengan mengadakan perlawanan terhadap dinasti Yuan. Pada masa dinasti Ming itu banyak pejabat negara yang beragama Islam, dan pernah kaisar Ming Cheng Zhu, mengirim misi muhibah persahabatan yang dipimpin oleh laksaman Zheng He (Cheng Ho) yang muslim menuju ke negara asia tenggara, India, semenanjung Arab dan Afrika barat.
Setelah dinasti Ming runtuh bangsa Man dari utara menggantikan pemerintahan Ming mendirikan dinasti Qing. Pada zaman itu umat islam yang tinggal di china barat laut mendapat tekanan dari kerajaan Qing, karena banyak dari mereka yang pada waktu itu masih mendukung dinasti Ming. Banyak perlawanan yang dilakukan oleh pahlawan-pahlawan muslim kepada dinasti Qing, dan belakangan diikuti pula oleh bangsa Han sehingga akhirnya pendiri Republik Tiongkok (Republic Of China) dr. Sun Yat Zen (Sun Zhong Shan) di dalam San Min Zhu Yi (tiga landasan pokok negaranya mengakui keberanian pahlawan-pahlawan muslim sebagai sumber inspirasi utama perjuangan kebebasan negara Tiongkok modern).
Pada masa Republik Tiongkok ini (1911-1949), umat islam banyak menduduki pos-pos kementerian negara dan menjadi petinggi partai Kuo Min Tang, pada waktu itu banyak madrasah didirikan. Menurut catatan pemerintah nasionalis Kuo Min Tang yang sampai sekarang menguasai Taiwan, di Beijing terdapat setidaknya 40 masjid (yang hingga kini di bawah pemerintahan komunis) Republik Rakyat China yang dialih-fungsikan menjadi fabrik hingga tinggal 3 masjid saja yang tersisa.
Keadaan muslim sesudah berdirinya Republik Rakyat China (People of Republic of China) tahun1949 di bawah Gong Chan Tang (Partai komunis China) sebagai partai tunggal dalam negara pada mulanya sangat sulit, terutama pada saat revolusi kebudayaan (1966-1976), waktu itu umat islam dan umat beragama lain dilarang beribadah, al-qur'an dibakar dan tidak diperkenenkan untuk membacanya, masjid-masjid ditutup dan dialih-fungsikan untuk kepentingan olahraga, setelah era keterbukaan (1980-sekarang), umat islam kembali menghirup udara segar, masjid-masjid berfungssi kembali segala kegiatan islam berkembang pesat, taraf kehidupan muslim juga maju.
Sekarang ini telah ada asosiasi Islam Republik Rakyat China (Zhongguo Yisilan Xie Hui), juga banyak pusat kajian Islam dan pesantren berdiri, seperti salah satunya Qinghai; Qur'an Institute, di ibukota propinsi Qinghai, Xining. Bahkan sebagian produk makanan di china telah mencantumkan produk halal atas rekomendasi dari Asosiasi Islam RRC. Sekarang bahkan pemerintah telah memfasilitasi haji lewat beijing dan Lanzhou (propinsi Gansu), beberapa wilayah yang mayoritas muslim diberikan hak otonomi untuk melaksanakan kebebasan beragama dan menjalankan kebudayaannya sendiri, bahkan banyak orang tua muslim yang menyekolahkan anak-anaknya ke timur tengah untuk memperdalam Islam.
PERANAN MUSLIM CHINA TERHADAP NEGARANYA
1. Dalam bidang agama dan pendidikan
Banyak cendekiawan islam sekarang ini yang mahir dalam ilmu-ilmu keislaman, seperti Majihan (alumnus univ Al-Azhar) yang menerjemahkan Qur'an dari bahasa Arab ke bahasa Tionghoa, dan kemudian salinan terjemahannya dijadikan acuan cetak oleh pemerintah Arab Saudi untuk mencetak terjemahan Qur'an bahasa Tionghoa yang telah disebarkan ke seluruh dunia. Kemudian Wang Jingzhai yang menerjemahkan Al Qur'an dalam bahasa Tongkok dalam tiga tahapan yaitu terjemahan ilmiah, sederhana, dan mudah supaya dapat dipelajari oleh pembaca yang mempunyai tahapan pengetahuan yang berbeda, dll.
2. Dalam bidang iptek
Pertama-tama orang Tiongkok yang mengembangkan penemuan bangsa Han adalah orang-orang Islam seperti mesiu. Orang Islam yang pertama-tama memanfaatkannya untuk dibuat bahan senjata meriam sehingga meriam pertama kali disebut Hui Hui Canons (Hui = muslim). Kedua dengan tekhnologi kompas Ma Zheng He (Ma San Bao), mengadakan pelayaran muhibah persahabatan dengan negara-negara lain di luar Tiongkok.
3. Dalam bidang pemerintahan dan militer
Orang-orang muslim selalu dalam barisan nomor depan dalam masalah-masalah kenegaraan seperti dapat kita lihat sejak zaman dinasti Tang, Song, Yuan, Ming hingga pemerintahan republik nasionalis, selalu menempati pos kementerian negara dan jabatan penting lainnya serta dalam bidang militer pun Umar Bai Zhong Si seorang jenderal Kuo Min Tang di masa republik nasionalis telah menyumbangkan keberaniannya demi negara di dalam memimpin tentara republik menghadang agresi Jepang.
KONDISI SEKARANG
Republik Rakyat China dengan populasi yang hampir 1,5 milyar,memiliki 56 suku, dengan bangsa Han menduduki 92%, sisanya adalah suku minoritas, tapi mayoritas bangsa Han tidak beragama sebagian kecilnya menganut Budha, Tao, dan belakangan ini ada yang Nasrani, sedangkan suku yang memeluk agama Islam adalah suku Hui, suku Uighur, Tajiks, Uzbeks, Kazakh, Tatar, Salar, Baoan, Dong Xiang dan Kirgiz. Mereka banyak tinggal diwilayah bagian barat laut,timur laut dan bagian utara tiongkok,seperti di daerah propinsi Gansu, propinsi Qinghai daerah otonomi Ningxia dan daerah otonomi Xinjiang (4 daerah mayoritas), propinsi Shaanxi, Shan Xi, Yunan, bagian barat daerah otonomi Mongolia dalam, propinsi Taiwan dan ibukota Beijing. Secara kasar oleh orang asing yang tidak belajar kebudayaan Tiongkok menggangap bangsa Tionghoa adalah orang Han saja, tapi suku minoritas lainnya juga termasuk bangsa Tionghoa.
Kata Islam dalam bahasa tionghoa disebut huijiao(karena identik dengan suku hui), atau Qingzhen Jiao (merujuk pada kata qing, jernih, murni dan zhen yang berarti sungguh, asli, atau terjemahan arab dari kata halal, karena orang muslim tidak makan babi dan minum arak, juga kebiasaan muslim Tiongkok yang tidak merokok?
Masjid dinamai qingzhen si, atau disebut pula Tianfang Jiao merujuk pada kata Tianfang yang berarti rumah tuhan atau baitullah, baru belakangan disebut Yisilan Jiao, penganutnya disebut huizu (merujuk pada suku Hui) atau musilin (muslim), peninggalan berupa masjid, yang tertua di kota Guangzhou (propinsi Guangdong) masjid Huai Sheng, dibangun pada masa dinasti Tang, masjid Feng Huang di kota Hangzhou (propinsi Zhejiang), dibangun pada masa dinasti Song utara, masjid Quanzhou dipropinsi Fujian juga dibangun pada masa dinasati Tang, kemudian masjid Tian-e di kota Yangzhou (propinsi Zhe Jiang).
Selain itu masjid lainnya yang terkenal adalah masjid Niujie, masjid Huashi dan masjid Dongsi di kota Beijing yang berasitektur khas Tiongkok, masjid Shaan Xi di kota Xi'an, masjid Dongguan di kota Xinning serta masjid Ai Di Ga di daerah Kashi di Xinjiang yang disebut masjid terbesar di china (dalam perayaan Idul kurban bisa menampung 7000-8000 jama'ah. Yang menarik perhatian; muslim di tiongkok merayakan idul kurban kebih meriah dan lebih besar dari perayaan idul fitri.)
Sumber:
Islam mengalami masa kegemilangan pada zaman dinasti Ming (1368-1644), pada masa sebelumnya, dinasti Yuan (1279-1368) orang-orang muslim banyak menduduki pos-pos penting di pemerintahan, seperti jabatan tinggi di berbagai jawatan kementerian serta sekretariat negara.
Dinasti Yuan dibangun oleh suku mongolia di Tiongkok. Orang mongolia memang mahir berperang namun tidak mengerti administrasi dan pengelolahan negara. Oleh karena bangsa Han yang ditaklukannya lebih maju peradabannya maka timbul keinginan untuk mengangkat keturunan muslim untuk menduduki jabatan negara karena faktor politik tidak memungkinkan mengangkat orang-orang Han pada waktu itu. Namun bukan berarti bahwa umat Islam waktu itu tidak mengalami tekanan.
Karena perbedaan latar belakang budaya yang besar sekali antara pemerintah Mongol dan kebanyakan muslim pada saat itu menyebabkan orang muslim juga diperlakukan tidak adil sehingga terdorong untuk mempelopori berdirinya dinasti Ming dengan mengadakan perlawanan terhadap dinasti Yuan. Pada masa dinasti Ming itu banyak pejabat negara yang beragama Islam, dan pernah kaisar Ming Cheng Zhu, mengirim misi muhibah persahabatan yang dipimpin oleh laksaman Zheng He (Cheng Ho) yang muslim menuju ke negara asia tenggara, India, semenanjung Arab dan Afrika barat.
Setelah dinasti Ming runtuh bangsa Man dari utara menggantikan pemerintahan Ming mendirikan dinasti Qing. Pada zaman itu umat islam yang tinggal di china barat laut mendapat tekanan dari kerajaan Qing, karena banyak dari mereka yang pada waktu itu masih mendukung dinasti Ming. Banyak perlawanan yang dilakukan oleh pahlawan-pahlawan muslim kepada dinasti Qing, dan belakangan diikuti pula oleh bangsa Han sehingga akhirnya pendiri Republik Tiongkok (Republic Of China) dr. Sun Yat Zen (Sun Zhong Shan) di dalam San Min Zhu Yi (tiga landasan pokok negaranya mengakui keberanian pahlawan-pahlawan muslim sebagai sumber inspirasi utama perjuangan kebebasan negara Tiongkok modern).
Pada masa Republik Tiongkok ini (1911-1949), umat islam banyak menduduki pos-pos kementerian negara dan menjadi petinggi partai Kuo Min Tang, pada waktu itu banyak madrasah didirikan. Menurut catatan pemerintah nasionalis Kuo Min Tang yang sampai sekarang menguasai Taiwan, di Beijing terdapat setidaknya 40 masjid (yang hingga kini di bawah pemerintahan komunis) Republik Rakyat China yang dialih-fungsikan menjadi fabrik hingga tinggal 3 masjid saja yang tersisa.
Keadaan muslim sesudah berdirinya Republik Rakyat China (People of Republic of China) tahun1949 di bawah Gong Chan Tang (Partai komunis China) sebagai partai tunggal dalam negara pada mulanya sangat sulit, terutama pada saat revolusi kebudayaan (1966-1976), waktu itu umat islam dan umat beragama lain dilarang beribadah, al-qur'an dibakar dan tidak diperkenenkan untuk membacanya, masjid-masjid ditutup dan dialih-fungsikan untuk kepentingan olahraga, setelah era keterbukaan (1980-sekarang), umat islam kembali menghirup udara segar, masjid-masjid berfungssi kembali segala kegiatan islam berkembang pesat, taraf kehidupan muslim juga maju.
Sekarang ini telah ada asosiasi Islam Republik Rakyat China (Zhongguo Yisilan Xie Hui), juga banyak pusat kajian Islam dan pesantren berdiri, seperti salah satunya Qinghai; Qur'an Institute, di ibukota propinsi Qinghai, Xining. Bahkan sebagian produk makanan di china telah mencantumkan produk halal atas rekomendasi dari Asosiasi Islam RRC. Sekarang bahkan pemerintah telah memfasilitasi haji lewat beijing dan Lanzhou (propinsi Gansu), beberapa wilayah yang mayoritas muslim diberikan hak otonomi untuk melaksanakan kebebasan beragama dan menjalankan kebudayaannya sendiri, bahkan banyak orang tua muslim yang menyekolahkan anak-anaknya ke timur tengah untuk memperdalam Islam.
PERANAN MUSLIM CHINA TERHADAP NEGARANYA
1. Dalam bidang agama dan pendidikan
Banyak cendekiawan islam sekarang ini yang mahir dalam ilmu-ilmu keislaman, seperti Majihan (alumnus univ Al-Azhar) yang menerjemahkan Qur'an dari bahasa Arab ke bahasa Tionghoa, dan kemudian salinan terjemahannya dijadikan acuan cetak oleh pemerintah Arab Saudi untuk mencetak terjemahan Qur'an bahasa Tionghoa yang telah disebarkan ke seluruh dunia. Kemudian Wang Jingzhai yang menerjemahkan Al Qur'an dalam bahasa Tongkok dalam tiga tahapan yaitu terjemahan ilmiah, sederhana, dan mudah supaya dapat dipelajari oleh pembaca yang mempunyai tahapan pengetahuan yang berbeda, dll.
2. Dalam bidang iptek
Pertama-tama orang Tiongkok yang mengembangkan penemuan bangsa Han adalah orang-orang Islam seperti mesiu. Orang Islam yang pertama-tama memanfaatkannya untuk dibuat bahan senjata meriam sehingga meriam pertama kali disebut Hui Hui Canons (Hui = muslim). Kedua dengan tekhnologi kompas Ma Zheng He (Ma San Bao), mengadakan pelayaran muhibah persahabatan dengan negara-negara lain di luar Tiongkok.
3. Dalam bidang pemerintahan dan militer
Orang-orang muslim selalu dalam barisan nomor depan dalam masalah-masalah kenegaraan seperti dapat kita lihat sejak zaman dinasti Tang, Song, Yuan, Ming hingga pemerintahan republik nasionalis, selalu menempati pos kementerian negara dan jabatan penting lainnya serta dalam bidang militer pun Umar Bai Zhong Si seorang jenderal Kuo Min Tang di masa republik nasionalis telah menyumbangkan keberaniannya demi negara di dalam memimpin tentara republik menghadang agresi Jepang.
KONDISI SEKARANG
Republik Rakyat China dengan populasi yang hampir 1,5 milyar,memiliki 56 suku, dengan bangsa Han menduduki 92%, sisanya adalah suku minoritas, tapi mayoritas bangsa Han tidak beragama sebagian kecilnya menganut Budha, Tao, dan belakangan ini ada yang Nasrani, sedangkan suku yang memeluk agama Islam adalah suku Hui, suku Uighur, Tajiks, Uzbeks, Kazakh, Tatar, Salar, Baoan, Dong Xiang dan Kirgiz. Mereka banyak tinggal diwilayah bagian barat laut,timur laut dan bagian utara tiongkok,seperti di daerah propinsi Gansu, propinsi Qinghai daerah otonomi Ningxia dan daerah otonomi Xinjiang (4 daerah mayoritas), propinsi Shaanxi, Shan Xi, Yunan, bagian barat daerah otonomi Mongolia dalam, propinsi Taiwan dan ibukota Beijing. Secara kasar oleh orang asing yang tidak belajar kebudayaan Tiongkok menggangap bangsa Tionghoa adalah orang Han saja, tapi suku minoritas lainnya juga termasuk bangsa Tionghoa.
Kata Islam dalam bahasa tionghoa disebut huijiao(karena identik dengan suku hui), atau Qingzhen Jiao (merujuk pada kata qing, jernih, murni dan zhen yang berarti sungguh, asli, atau terjemahan arab dari kata halal, karena orang muslim tidak makan babi dan minum arak, juga kebiasaan muslim Tiongkok yang tidak merokok?
Masjid dinamai qingzhen si, atau disebut pula Tianfang Jiao merujuk pada kata Tianfang yang berarti rumah tuhan atau baitullah, baru belakangan disebut Yisilan Jiao, penganutnya disebut huizu (merujuk pada suku Hui) atau musilin (muslim), peninggalan berupa masjid, yang tertua di kota Guangzhou (propinsi Guangdong) masjid Huai Sheng, dibangun pada masa dinasti Tang, masjid Feng Huang di kota Hangzhou (propinsi Zhejiang), dibangun pada masa dinasti Song utara, masjid Quanzhou dipropinsi Fujian juga dibangun pada masa dinasati Tang, kemudian masjid Tian-e di kota Yangzhou (propinsi Zhe Jiang).
Selain itu masjid lainnya yang terkenal adalah masjid Niujie, masjid Huashi dan masjid Dongsi di kota Beijing yang berasitektur khas Tiongkok, masjid Shaan Xi di kota Xi'an, masjid Dongguan di kota Xinning serta masjid Ai Di Ga di daerah Kashi di Xinjiang yang disebut masjid terbesar di china (dalam perayaan Idul kurban bisa menampung 7000-8000 jama'ah. Yang menarik perhatian; muslim di tiongkok merayakan idul kurban kebih meriah dan lebih besar dari perayaan idul fitri.)
Sumber:
- Zhongguo wenxue yu zhongguo wenhua zhishi,(chinesse literature and chinese culture), terbitan dongnan university nanjing tahun 2005
- Fan gu xi yang,terbitan ke xue pu ji press beijing,tahun2005
- Illustrated history of china,beijing press,tahun 2004
- Perkembangan islam di tiongkok,karya DR ibrahim tian ying ma ,terbitan bulan bintang
- China radio international website
0 komentar:
Posting Komentar