Dari Abdullah bin Mas’ud r.a meriwayatkan bahwa Nabi SAW bersabda: Barangsiapa yang memiliki sedikit saja rasa sombong dalam hatinya, maka dia tidak dapat memasuki surga. (HR Muslim)

Searching...
04 Agustus 2011

Langkah Menuju Ma'rifat

8/04/2011

Manusia dilengkapi oleh Allah dua hal pokok, yaitu jasmani dan rohani. Dua hal ini memiliki keperluan masing-masing. Jasmani membutuhkan makan, minum, pelampiasan syahwat, keindahan, pakaian, perhiasan-perhiasan dan kemasyhuran. Rohani, pada sisi lain, membutuhkan kedamaian, ketenteraman, kasih-sayang dan cinta. 

Para sufi menegaskan bahwa hakekat sesungguhnya dari manusia adalah rohaninya. Ia adalah muara segala kebajikan. Kebahagiaan badani sangat tergantung pada kebahagiaan rohani. Sedang, kebahagiaan rohani tidak terikat pada wujud luar jasmani manusia. Sebagai inti hidup, rohani harus ditempatkan pada posisi yang lebih tinggi. Semakin tinggi rohani diletakkan, kedudukan manusia akan semakin agung. Jika rohani berada pada tempat rendah, hina pulalah hidup manusia.

Fitrah rohani adalah kemuliaan, jasmani pada kerendahan. Badan yang tidak memiliki rohani tinggi, akan selalu menuntut pemenuhan kebutuhan-kebutuhan rendah hewani. Rohani hendaknya dibebaskan dari ikatan keinginan hewani, yaitu kecintaan pada pemenuhan syahwat dan keduniaan. Hati manusia yang terpenuhi dengan cinta pada dunia, akan melahirkan kegelisahan dan kebimbangan yang tidak berujung. Hati adalah cerminan ruh. Kebutuhan ruh akan cinta bukan untuk dipenuhi dengan kesibukan pada dunia. Ia harus bersih.

Dalam rangkaian metode pembersihan hati, para sufi menetapkan dengan tiga tahap: Takhalli, Tahalli, dan Tajalli. Takhalli, sebagai tahap pertama dalam mengurus hati, adalah membersihkan hati dari keterikatan pada dunia. Hati, sebagai langkah pertama, harus dikosongkan. Ia disyaratkan terbebas dari kecintaan terhadap dunia, anak, istri, harta dan segala keinginan duniawi.

Dunia dan isinya, oleh para sufi, dipandang rendah. Ia bukan hakekat tujuan manusia. Manakala kita meninggalkan dunia ini, harta akan sirna dan lenyap. Hati yang sibuk pada dunia, saat ditinggalkannya, akan dihinggapi kesedihan, kekecewaan, kepedihan dan penderitaan. Untuk melepaskan diri dari segala bentuk kesedihan, lanjut para saleh sufi, seorang manusia harus terlebih dulu melepaskan hatinya dari kecintaan pada dunia.

Tahalli, sebagai tahap kedua berikutnya, adalah upaya pengisian hati yang telah dikosongkan dengan isi yang lain, yaitu Allah (swt). Pada tahap ini, hati harus selalu disibukkan dengan dzikir dan mengingat Allah. Dengan mengingat Allah, melepas selain-Nya, akan mendatangkan kedamaian. Tidak ada yang ditakutkan selain lepasnya Allah dari dalam hatinya. Hilangnya dunia, bagi hati yang telah tahalli, tidak akan mengecewakan. Waktunya sibuk hanya untuk Allah, bersenandung dalam dzikir.

Pada saat tahalli, lantaran kesibukan dengan mengingat dan berdzikir kepada Allah dalam hatinya, anggota tubuh lainnya tergerak dengan sendirinya ikut bersenandung dzikir. Lidahnya basah dengan lafadz kebesaran Allah yang tidak henti-hentinya didengungkan setiap saat. Tangannya berdzikir untuk kebesaran Tuhannya dalam berbuat. Begitu pula, mata, kaki, dan anggota tubuh yang lain. Pada tahap ini, hati akan merasai ketenangan. Kegelisahannya bukan lagi pada dunia yang menipu. Kesedihannya bukan pada anak dan istri yang tidak akan menyertai kita saat maut menjemput. Kepedihannya bukan pada syahwat badani yang seringkali memperosokkan pada kebinatangan. Tapi hanya kepada Allah. Hatinya sedih jika tidak mengingat Allah dalam setiap detik.

Setelah tahap ‘pengosongan’ dan ‘pengisian’, sebagai tahap ketiga adalah Tajalli. Yaitu, tahapan dimana kebahagian sejati telah datang. Ia lenyap dalam wilayah Jalla Jalaluh, Allah subhanahu wata’ala. Ia lebur bersama Allah dalam kenikmatan yang tidak bisa dilukiskan. Ia bahagia dalam keridho’an-Nya. Pada tahap ini, para sufi menyebutnya sebagai ma’rifah, orang yang sempurna sebagai manusia luhur.

Syekh Abdul Qadir Jaelani menyebutnya sebagai insan kamil, manusia sempurna. Ia bukan lagi hewan, tapi seorang malaikat yang berbadan manusia. Rohaninya telah mencapai ketinggian kebahagiaan. Tradisi sufi menyebut orang yang telah masuk pada tahap ketiga ini sebagai waliyullah, kekasih Allah. Orang-orang yang telah memasuki tahapan Tajalli ini, ia telah mencapai derajat tertinggi kerohanian manusia. Derajat ini pernah dilalui oleh Hasan Basri, Imam Junaidi al-Baghdadi, Sirri Singkiti, Imam Ghazali, Rabiah al-Adawiyyah, Ma’ruf al-Karkhi, Imam Qusyairi, Ibrahim Ad-ham, Abu Nasr Sarraj, Abu Bakar Kalabadhi, Abu Talib Makki, Sayyid Ali Hujweri, Syekh Abdul Qadir Jaelani, dan lain sebagainya. Tahap inilah hakekat hidup dapat ditemui, yaitu kebahagiaan sejati.


Wallahu a’lam.


1 komentar:

  1. Masya Allah ilmu yang bermanfaat insya Allah
    Terima kasih atas sharing ilmuna.

    BalasHapus
:) :)) ;(( :-) =)) ;( ;-( :d :-d @-) :p :o :>) (o) [-( :-? (p) :-s (m) 8-) :-t :-b b-( :-# =p~ $-) (b) (f) x-) (k) (h) (c) cheer
Klik untuk melihat kode!
Untuk insert emoticon anda harus menyisakan sediktnya satu spasi sebelum meletakkan kode.

RANDOM POSTS

  • Hari Akhir Dan Imam Mahdi
    Hari Akhir mungkin bukanlah istilah yang akrab bagi kebanyakan orang. Hari Akhir berarti ‘masa terakhir.’ Menurut kitab-kitab Islam, hal ini berarti sebuah periode waktu yang dekat dengan…
  • Al-Quran, Tentang Adam Dan Tragedi Buah Khuldi
    Mari kita simak informasi Allah SWT dalam Al-Qur’an Surat Thaahaa (20): 121-122: “Maka keduanya memakan dari pohon itu, lalu nampaklah bagi keduanya aurat-auratnya dan mulailah keduanya…
  • Antara Hak Anak Dan Kewajiban Ibu
    Anak, sebagai darah daging kedua orang tua, merupakan bagian yang tak terpisahkan dari ibunya. Anak mempunyai hak-hak yang merupakan kewajiban orang tuanya, terutama ibu, untuk memenuhinya.…
  • Dahsyatnya Ujian Kesenangan Dunia
    Allah Subhanahu wa Ta’ala dengan kekuasaan dan hikmah-Nya yang sempurna menjadikan dunia serta perhiasannya yang fana ini sebagai medan ujian dan cobaan. Sebagaimana firman Allah Subhanahu…
  • Ingin Tahu Dalamnya Ka'bah?
    Mengintip Dalamnya Ka’bah. Sebenarnya kita tidak diperbolehkan mengambil foto 'dalamnya' ka’bah. Jangankan mengambil foto sampai ke dalam ka'bah, membawa kamera di sekitar lokasi…
  • Al-Quran, Tentang Salinan Tertua Di Museum Tashkent, Uzbekistan
    Disebuah sudut gelap ibukota negara Uzbekistan yaitu Tashkent, terdapat satu peninggalan paling bersejarah bagi umat Islam, yaitu Al-Qur'an paling tua di dunia yang masih ada hingga saat…

Harap kirimi saya artikel baru MADRASAH BANI SYAHAR AL MINHADI via email.

AL-QURAN


  • Al-Quran, Tentang Cara Allah Menyebut Diri-Nya
    Persoalan sangat simpel tapi (seolah-olah) tidak pernah dapat dimengerti oleh kristen abangan penghujat Islam dalam Al-Quran adalah “dhamir”, atau kata ganti.Al-Quran adalah firman Allah. Sedangkan isi dan kandungan Al-Quran adalah wa’ad, wa’id,…
  • Metoda Penyusunan Ayat-Ayat Dalam Al-Quran
    Kapan Al Qur'an dibukukan?Jika yang dimaksud adalah Al Qur'an cetakan seperti yang ada di hadapan kita sekarang, tentu saja kitab ini masih baru, sebab sejarah mencatat bahwa teknologi percetakan baru dimulai pada tahun 1450. Sedangkan tentang…
  • Arti "Mati" Menurut Ajaran Islam
    BANYAK ORANG yang mengira bahwa mati -- apalagi kehidupan setelah mati -- adalah suatu hal yang misterius, ghaib, dan tidak diketahui oleh siapa pun sebelum ia sendiri mati.Mati seolah-olah dianggap sebagai sesuatu kejadian yang betul-betul berada…