Dari Abdullah Ibn Mas'ud r.a meriwayatkan bahwa baginda Rasulullah SAW bersabda: Maukah kalian kuberitahu siapakah orang yang diharamkan dari api neraka, dan api neraka tidak akan menyentuhnya? Mereka adalah orang yang menghampiri orang lain dengan lemah lembut, berlebih kurang dan baik hati. (HR Tirmizi)

Searching...
26 November 2009

Renungan Idul Adha!

11/26/2009

Di hari Idul Adha jalanan dipenuhi dengan wangi semerbak kebahagiaan. Suasana penantian akan datangnya keindahan saat hamba-hamba Allah mengorbankan hal yang dicintainya demi rasa cinta kepada Allah, sangat terasa di mana-mana. Idul Adha atau Idul Qurban, adalah hari raya penghambaan. Idul Qurban adalah hari raya bagi siapa saja yang menganggap dirinya hanyalah seorang hamba yang harus mengorbankan hal yang paling dicintainya kepada Allah.

Marilah kita sekarang melakukan perjalanan ruhani ke Mina. Di tempat itu, pada hari Raya Idul Adha, jutaan jamaah haji melakukan penyembelihan atas hewan kurban. Sebelumnya, mereka melakukan lempar jumrah. Mereka melempari tugu-tugu yang menjadi simbol hawa nafsu syaitaniah. Apa yang dilakukan jamaah haji itu merupakan pengulangan atas sebuah peristiwa sangat agung yang pernah terjadi terhadap Ibrahim dan putranya Ismail, ‘alaihimas-salam. Peristiwa yang agung itu tercantum dalam Al-Quran surah Ash-Shaffat ayat 102 dan 102. Dalam surat itu, Allah berfirman sebagai berikut.


“Telah Kami kabarkan berita gembira kepada Ibrahim tentang anaknya yang sangat sabar. Ketika anaknya (Ismail) itu telah sampai pada usia yang cukup baginya untuk melakukan usaha, Ibrahim berkata, ‘Wahai anakku, sungguh aku telah bermimpi. Dalam mimpiku itu, aku menyembelihmu. Bagaimana pendapatmu mengenai hal ini?’ Ismail lalu menjawab, “Wahai ayahku, kerjakanlah apapun yang telah diperintahkan. Insya Allah, engkau akan mendapatiku termasuk orang-orang yang bersabar”.

Percakapan yang pendek ini merekam sebuah gambaran dunia yang bersih serta penuh dengan kerelaan dan cinta. Dua manusia mulia ini, yaitu Ibrahim dan Ismail, telah menunjukkan sebuah konsep penghambaan yang paling agung. Bagi siapapun juga, hal paling berharga yang dimiliki oleh manusia adalah nyawanya. Bagi seorang ayah, nyawa anak kandung adalah benda paling bernilai kedua. Bahkan, dalam banyak kasus, seorang ayah seringkali lebih menghargai nyawa anaknya daripada nyawa dirinya sendiri. Karena itu, kepatuhan Nabi Ibrahim untuk mengorbankan nyawa anaknya, dan kepatuhan Ismail dalam untuk mengorbankan nyawanya sendiri, demi menaati perintah Allah, jelas hanya bisa terjadi karena keduanya sudah sampai kepada tingkat penghambaan tertinggi.

Pengorbanan tiada tara yang dilakukan oleh Ibrahim dan Ismail itu menyebabkan turunnya rahmat dan keridhoan dari Allah yang Maha Pengasih. Allah kemudian mengganti Ismail dengan seekor domba. Ismail sendiri selamat karena yang kemudian disembelih adalah domba yang diturunkan Allah itu. Simaklah firman Allah sebagaimana yang terekam dalam surah Ash-Shaffat ayat 105 hingga ayat 110 berikut ini.

“Wahai Ibrahim, perintah yang engkau dapati dalam mimpi itu telah engkau kerjakan. Kami tentu memberikan balasan kepada orang-orang yang baik seperti itu. Sesungguhnya, ini adalah ujian yang sangat besar. Untuk itu, kami ganti pengorbanan itu dengan sembelihan yang agung. Nama Ibrahim akan Kami kekalkan bagi ummat-ummat setelahnya. Salam bagi Ibrahim. Kami berikan pahala bagi kebaikan seperti ini. Ia termasuk di antara hamba-hamba-Ku yang beriman”.

Idul Qurban adalah puncak dari pelaksanaan manasik haji. Di Mina, pada hari itu, kita akan melihat jutaan hamba Allah mengerjakan perintah Allah ini. Mereka berkurban sebagaimana yang dulu pernah dicontohkan oleh Nabi Ibrahim. Dengan penuh cinta dan keikhlasan, mereka membeli hewan yang paling baik dan tidak memiliki cacat sedikitpun. Setelah itu, hewan pilihan itu justru mereka kurbankan dan mereka persembahkan kepada Allah.

Di seluruh dunia, kaum muslimin juga merayakan hari pengorbanan ini. Bersama-sama dengan saudara-saudara mereka yang berada di Mina, mereka juga merayakan keberhasilan mereka dalam mengalahkan hawa nafsu dan bisikan setan. Mereka bergembira karena mampu meneladani perilaku keluarga Nabi Ibrahim, yang dengan tangguhnya mampu menghadapi godaan-godaan setan, sehingga berbagai manuver syaitan yang menyesatkan berhasil dihalau, bahkan betul-betul diperangi. Sikap teguh memerangi syaitan ini dalam ibadah haji dilambangkan dengan melontar jumrah.

Bersama para jamaah haji lainnya, mereka berharap sepenuh hati agar dengan ibadah haji dan kurban itu, kecintaan pada dunia, kecintaan kepada diri, anak, isteri,suami, dan harta jangan sampai melebihi dengan kecintaannya kepada Allah. Allah berfirman,
“Di antara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan-tandingan Allah; mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah. Adapun orang yang beriman, mereka amat mecintai Allah” (Quran Surah Al-Baqarah ayat165).


Haji adalah lambang persatuan dan kesatuan umat. Ajaran ini tercermin sejak orang yang melaksanakan ibadah haji memasuki miqat. Di sini mereka harus berganti pakaian karena pakaian melambangkan pola, status, dan perbedaan-perbedaan tertentu. Pakaian menciptakan batas palsu yang tidak jarang menyebabkan perpecahan di antara manusia. Selanjutnya dari perpecahan itu timbul konsep "aku", bukan "kami atau kita", sehingga yang menonjol adalah kelompokku, kedudukanku, golonganku, sukuku, bangsaku, dan sebagainya yang mengakibatkan munculnya sikap individualisme. Penonjolan "keakuan" adalah perilaku orang musyrik yang dilarang oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala.

Haji juga melambangkan egalitarianisme. Mulai dari miqat mereka mengenakan pakaian yang sama yaitu kain kafan pembungkus mayat, yang terdiri dari dua helei kain putih yang sederhana. Semua memakai pakaian seperti ini. Tidak ada bedanya antara yang kaya dan yang miskin, yang cukup makan dan yang kurang makan, yang dimuliakan dan yang dihinakan, yang bahagia dan yang sengsara, yang terhormat dan orang awam, yang berasal dari Barat dan yang berasal dari Timur. Mereka memakai pakaian yang sama, berangkat pada waktu dan tempat yang sama, dan akan bertemu pada waktu dan tempat yang sama pula. Mereka beraktifitas dengan aktivitas yang sama dan menggunakan kalimat yang sama.

Ibadah haji dan kurban juga menunjukkan semangat ketundukan secara mutlak terhadap segala yang diperintahkan oleh Allah. Ibadah kurban juga mengajak ummat manusia di dunia agar selalu bersiap-siap untuk melakukan pembelaan terhadap agama dan ideologi. Surah Al-Haj ayat 37 juga mengisyaratkan kepada ummat Islam bahwa yang paling penting dari ibadah kurban adalah semangat untuk terus menempa diri hingga menjadi hamba yang bertakwa. Disebutkan dalam surat itu bahwa daging dan darah hewan sembelihan itu tidak akan sampai kepada Allah, karena memang Allah tidak membutuhkan semua itu, dan yang dinilai oleh Allah adalah ketakwaan kita.

Karena itu, kita bisa mengambil kesimpulan bahwa tujuan yang harus dicapai oleh manusia dengan ibadah haji adalah pencapaian tahap demi tahap nilai ketakwaan, hingga mencapai derajat manusia sempurna. Keterpisahan dan hal-hal duniawi yang mengikat dan dari berbagai bentuk hawa nafsu adalah pelajaran terpenting yang harus diserap oleh siapa saja yang menjalankan ibadah haji ini.

SELAMAT HARI RAYA AIDIL ADHA!


Sumber: Islam Muhammadi

0 komentar:

Posting Komentar

:) :)) ;(( :-) =)) ;( ;-( :d :-d @-) :p :o :>) (o) [-( :-? (p) :-s (m) 8-) :-t :-b b-( :-# =p~ $-) (b) (f) x-) (k) (h) (c) cheer
Klik untuk melihat kode!
Untuk insert emoticon anda harus menyisakan sediktnya satu spasi sebelum meletakkan kode.

RANDOM POSTS

  • Al-Quran, Tentang Bintang Sebagai Pelontar Setan
    Menanggapi seringnya para laskar kristus menukil ayat-ayat Al-Quran dan ayat-ayat Hadits dalam aksi penginjilan mereka yang kerapkali  menggunakan metode mengolok-olok ayat-ayat tsb…
  • Makna Amalan Sufi Bacaan Basmallah
    Telah menjadi semacam keharusan pada setiap penulisan materi keagamaan untuk mengemukakan pembahasan kalimat Bismillâhirrahmânirrahîm (Basmallah) pada setiap Muqaddimah. Di sini makna…
  • Nikmat Bulan Suci Ramadhan
    Dalam rangka menyambut bulan suci Ramadhan, kami sajikan risalah ini dengan mengharap kepada Allah agar menjadikan amalan-amalan kita semua ikhlas semata-mata karena-Nya. Dan sesuai apa…
  • Adab Salam Dalam Islam
    Yang paling pertama memerintahkan salam adalah Allah Yang Maha Tinggi, di mana Allah memerintahkan Adam alaihi salam untuk mengucapkannya kepada para malaikat. Disebutkan di dalam riwayat…
  • Kontak
    id = 5438;
  • Al-Quran, Tentang Tujuh Lapis Bumi
    TUJUH LAPIS BUMIKetika para ilmuwan mulai meneliti lembah-lembah di bumi untuk mengenal struktur dan unsur-unsurnya, mereka menemukan mitos dan dongeng yang mendominasi abad-abad terakhir…

Harap kirimi saya artikel baru MADRASAH BANI SYAHAR AL MINHADI via email.

AL-QURAN


  • Al-Quran, Tentang Rotasi Bumi
    Apakah ayat-ayat Al Quran dapat membuktikan tentang Rotasi Bumi, Matahari dan Bulan?Mereka yang mengingkari Al Quran akan selalu mencari-cari kesalahan dan kekeliruan Ayat-ayat di dalam Al Quran. Mereka menyatakan bahwa tidak ada pernyataan di dalam…
  • Gary Miller, Sang Penantang Al-Quran - II
    Pada tahun 1977, Profesor Gary Miller, seorang pendeta dan dosen matematika dan logika di Universitas Toronto, bermaksud berbuat sesuatu untuk agama Kristen dengan cara mengekspos sejarah dan kesalahan ilmiah di dalam Al-Quran sedemikian rupa agar…
  • Tafsir Al-Quran Ibnu Katsir
    Sesungguhnya memahami Kalamullah adalah cita-cita yang paling mulia dan taqarrub (pendekatan diri kepada Allah) yang paling agung. Amalan ini telah dilakukan shahabat, tabi’in dan murid-murid mereka yang menerima dan mendengar langsung dari…
  • Al-Quran, Hadits, Dan Hukum Dalam Islam
    Judul Asli: Hubungan Al-Qur'an Dan Al-Hadits Dalam Pembentukan Hukum-Hukum Dalam IslamAL-QUR'AN dan AL-HADITS diyakini menjadi sumber primer ajaran agama lantaran dari keduanya diktum-diktum hukum Islam dikreasi dan dibentuk sesuai mekanisme…